Sinopsis :
Chiaki Shinichi adalah seorang pria dari keluarga terhormat yang memiliki mimpi menjadi konduktor kelas dunia. Usia 3 tahun pertama kalinya Chiaki bermain piano dan langsung jatuh cinta. Tidak hanya Piano, Chiaki juga mahir bermain biola dan menghabiskan masa kecilnya di Viena bersama kelompok orkestra dan konduktor kondang, Sebastino Viera. Chiaki menganggap sang konduktor sebagai guru yang paling berpangruh dalam hidupnya, yang membuat ia bangga sebagai murid. Karena sesuatu hal, keluarga Chiaki harus kembali ke Jepang. Di dalam pesawat Chiaki mengalami trauma hebat. Pesawat yang ditumpanginya mengalami gangguan. Walaupun selamat dari kecelakaan, Chiaki mengalami trauma yang menyebabkan ia takut naik pesawat terbang.
Chiaki harus menerima keadaan bahwa dirinya terjebak di sekolah musik di Jepang. Walau reputasi musiknya gemilang ia harus menghadapi guru piano yang sadis bernama Etto. Etto dikenal suka mengeluarkan kata-kata pedas, suka berteriak, dan memukul siswanya dengan kipas kertas. Chiaki tentu tidak terima dengan perlakuan itu, ia berniat pindah divisi ke divisi Konduktor. Namun kembali lagi jika sudah menjadi konduktor, apa yang bisa dilakukan di masa depan? Karena seorang konduktor harus bisa melebarkan sayap ke luar negeri, terutama Eropa sebagai nenek moyang musik klasik. Chiaki, mahasiswa senior di sekolah musik, dengan wajah tampan dan tubuh sempurna, latar belakang keluarga yang dihargai, bakat musik yang luar biasa, digilai para wanita, ternyata merasa tidak bisa apa-apa untuk meraih mimpinya. Semua terasa buntu. Bahkan, pacarnya pun memutuskannya, karena dianggap lemah. Saat merasa terpuruk ini, Chiaki pingsan di depan pintu flatnya. Dan seorang gadis, tetangga di sebelah kamarnya yang juga junior di divisi yang sama. Menyelamatkannya dan membawa Chiaki ke kamar si gadis.
Chiaki terbangun saat mendengar alunan piano yang lembut dan indah. Sudah lama ia tidak mendengar suara piano yang dihasilkan dari jari-jari yang menekan sempurna. Mata chiaki terbka pelan-pelan, ia sama sekali tidak mengenali ruangan dimana ia berada. Bau, banyak sampah, dan lalat dimana-mana. Seorang gadis yang sedang bermain piano, menyapanya riang. “Aku ingat kamu, Seniorku di kampus, Chiaki senpai.. hehehe”
Gadis itu bernama Nodame. Gadis jorok yang jarang membersihkan rambutnya, bersahabat dengan sampah, suka mengambil makan siang temannya, tidak suka bersih-bersih, menyimpan semua plastik dan barang di kamarnya, namun diberkahi bakat bermain piano yang luar biasa. Walau tidak mengerti tentang analisis musik, sulit membaca not, Nodame bisa bermain piano dengan mendengarkan orang lain memainkannya. Cita-citanya sederhana, ingin jadi guru TK dan menciptakan irama “Latihan kentut” bagi murid-muridnya kelak.
Chiaki yang tidak biasa dengan keadaan yang tidak higienis, langsung bangun dari pingsannya, dan membersihkan kamar Nodame. Bahkan ia juga memasak makan malam untuk mereka. Singkatnya mereka menjadi dekat, dengan hubungan yang aneh. Chiaki benci pada Nodame namun tak kuasa menolak kehadirannya. Nodame menganggap Chiaki sebagai pacarnya bahkan calon suaminya. Di balik kebencian Chiaki, ia tidak bisa lepas dari Nodame. Ia menemukan kehidupannya lagi. Kecintaannya terhadap musik, dan semangat menggapai mimpinya. Ia menemukan caranya sendiri untuk bermain musik yang meyenangkan. Hidupnya berubah sejak bertemu Nodame.
Drama yang ditayangkan di Fuji TV ini dibintangi oleh Hiroshi Tamaki sebagai Chiaki Senpai, Ueno Juri yang berperan sebagai Nodame Megumi. Drama yang diangkat dari komik karya Ninomiya Tomoko ini terbilang cukup banyak menyedot perhatian penonton karena cerita yang menggemaskan juga akting para bintangnya yang luar biasa. Pada Penghargaan Drama Televisi ke-51, Nodame Cantabile berhasil menyabet 5 penghargaan diantaranya sebagai drama terbaik, sutradara terbaik, aktris terbaik, opening drama terbaik, dan aransemen musik terbaik. Tidak hanya di Jepang, di Korea Selatan, Nodame Cantabile juga berhasil menorehkan prestasi.
Selain dorama, ada juga Nodame Cantabile the movie 1 dan 2
serta Nodame Cantabile Special Paris
0 komentar:
Posting Komentar